Inilah Alasanku

Lima tahun dari masa itu dan tiga tahun sebelum saya duduk dibangku Sekolah Mengah Atas. Saya pernah mengenal seorang laki-laki yang saya sebut sebagai teman. Dimana keakraban dari pertemanan saya dengannya akhirnya kami menjadi sahabat. Katanya "Tidak ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan. Jika bukan kamu yang terjebak dalam hatinya. Maka dialah yang jatuh hati padamu." 

Awalnya saya tidak pernah percaya akan kalimat itu. Namun, seiringnya waktu ternyata hal tersebut terjadi. Beberapa kali saya hiraukan, masalah demi masalah mulai timbul. Dulunya, saya tidak paham apa itu Friendzone. Hingga akhirnya, saya mulai membatasi pertemanan. Lucu saja, jika sebuah pertemanan hancur hanya karena adanya perasaan. Kenapa demikian? Mengingat pengalaman saya dulu. Dimana, teman-teman yang lain lebih mengetahui bahwa teman laki-laki yang saya sebut sebagai sahabat biru memiliki perasaan lebih terhadap saya.

Hakikatnya sebuah perasaan tidak boleh ada paksaan. Saya sempat menjauhi bahkan berusaha membuat sahabat saya tersebut membenci saya. Namun, hasilnya nihil. Saya melakukan hal tersebut bukan karena saya membencinya. Hanya saja, saya sempat berfikir "Udahlah mending temenan kek biasanya, ngapain sahabatan tapi nyimpen perasaan. Capek sih, banyak yang salah paham. Banyak yang ngebenci aku cuma karena disukai oleh sahabat sendiri". 

Iya, salah satu masalah dari persahabatan kami adalah cinta segitiga. Geli sekali menceritakannya, masa labil-labilnya sudah membahas perihal cinta. Saya tidak tahu mengapa hal tersebut bisa terjadi. Hanya karena sahabat saya menyukai saya, salah satu teman perempuan saya membuat isu hingga saya dijauhi oleh teman-teman yang lain. Yaa, begitulah singkatnya dahulu. Namun persahabatan kami tetap meski sedikit merenggang. Jika, ditanya apakah saya tidak merasakan hal yang sama? Jawabannya tidak. 

Dari cerita singkat itu saya merasa memiliki kesalahan terhadap sahabat saya dan juga diri saya sendiri. Terdapat kesalah pahaman, dimana rasa nyaman dan kagum saya terhadap sahabat saya tersimpan sebuah perasaan yang mana nyatanya tidak. Saya mempertahankan sebuah persahabatan karena pertemanan bukan karena sebuh perasaan. Karena hal itu juga sempat membuat saya tidak suka dan membuat saya takut akan jatuh hati.

Beberapa tahun lalu, tepat di ulang tahun saya. Sahabat saya mengirimkan sebuah hadiah yang tidak biasanya. Iya, dia sangat rutin mengirim hadiah setiap hari ulang tahun saya. Tetapi, satu hadiah yang berbeda dari sebelumnya membuat saya terkejut. Pria itu mengirimkan saya hadiah berupa Al-qur'an kecil dan buku tentang Haid. Niatnya yang baik, tapi entah kenapa saya merasa saya harus menjauh. Sejak itulah persahabatan semakin merenggang dan sering kali ketika kami bertukar kabar saya berharap dia tidak lagi menyimpan perasaannya terhadap saya. Saya tahu betul sahabat saya baik, sikap dan perilakunya santun. Tetapi saya tetap tidak bisa menerima apalagi membuka hati untuknya. Karena di balik masalah pertemanan kami adalah alasan saya takut akan jatuh hati. Tidak ada ceritanya laki-laki yang tulus mencintai seorang wanita tetapi masih merespon wanita lain tanpa kepentingan. Sesibuk apapun dia akan memprioritaskan wanitanya.

Komentar

Postingan Populer