Belajar Sholat Jum’at
Belajar Sholat Jum’at
Sholat jum’at
adalah sholat dua rakaat yang dilakukan di hari jum’at secara berjemaah setelah
khutbah jum’at setelah masuk waktu dhuhur. Untuk dapat melakukan sholat jum’at
berjemaah, jumlah yang hadir harus minimal 40 orang dan dilakukan di masjid
yang dapat menamung banyak jemaah. Hukum sholat jum’at wajib bagi anak
laki-laki. Hari jum’at dianggap sebagai hari yang istimewa bagi umat muslim.
Fadli dan Fadil
bersiap-siap untuk pergi ke masjid. Baju koko berwarna putih polos, sarung
kotak-kotak berwarna hijau, dan kopiah hitam terpakai rapi di tubuh Fadli dan
Fadil. Setiap hari jum’at mereka rutin pergi ke masjid untuk sholat jum’at.
Jarak rumah mereka menuju masjid tak begitu jauh sehingga dapat di tempuh
dengan berjalan kaki. Sebelum berangkat ke masjid mereka tak lupa berpamitan
kepada bunda dan kakak perempuannya.
Di perjalanan
menuju masjid Fadli dan Fadil bertemu dengan Doni dan Andi yang sedang asyik
bermain. Mereka pun menghampiri Doni dan Andi untuk diajak pergi ke masjid
bersama-sama.
“Hai Doni, hai
Andi.” Sapa Fadli dan Fadil bersamaan.
“Hai juga Fadli,
Fadil.” Jawab Andi.
“Kalian mau
kemana, kok pakai baju musli. Sekarang kan bukan hari raya idul fitrih.” Ujar
Doni tak paham.
“Astagfirulloh
hal adzim.. Doni, pakai baju muslim itu kan ngga harus pada hari raya saja.”
Jelas Fadil.
“Doni, sekarang
kan hari jum’at. Wajib bagi anak laki-laki untuk sholat jum’at.” Tambah Fadli.
“Masya Allah, aku
lupa. Aku pulang duluan ya.” Kata Andi dan berlari meninggalkan Fadli, Fadil
dan Doni.
“Ayo Doni, cepat
pulang. Mandi sana jangan lupa sholat jum’at. Dada Doni sampai bertemu di
masjid.” Ucap Fadli meninggalkan Doni diikuti oleh Fadil.
Adzan pertama di
hari jum’at mulai berkumandang. Fadli dan Fadil berada pada shaf terdepan. Mereka
duduk bersila seraya mendengarkan adzan yang berkumandang. Orang-orang mulai
berdatangan baik tua maupun muda. Ada yang duduk seraya berbincang-bincang
dengan sekawannya ada pula yang sedang melakukan sholat Tahhiyatul Masjid.
Sholat Tahhiyatul Masjid adalah sholat sunnah dua rakaat yang di lakukakan
ketika memasuki masjid sebelum duduk. Tak lama kemudian sholat jum’at di
lakukan. Muadzin memberi aba-aba agar para makmum berdiri dan melaksanakan
sholat berjemaah bersama.
Yaa ma’asyirol muslimiina wazumrotal mu’miniina
rokhimakumulloh, ruwiya’an abiy huroyrarota rodhiyallohu’anhu, qool : Qoola
Rasulullohi Shollallohu’alayhi wasallam “idzaa qulta lishokhibika yaumal
jum’ati anshit, wal imaamu yakhthubu faqod laghout.” Anshituu wasmaiuu wa
athii’uu rahimakumulloh, anshituu wama’uu wa uthii’uu rahimakumulloh, ashituu
wasma’uu athii’uu la’allakum turhamuun.
Lalu khatib
menaiki mimbar. saat khutbah di mulai
Fadil melihat Reza yang tertidur dalam duduknya. Khutbah berlangsung selama dua
puluh lima menit. Yang membuat Reza tidak tahan menahan kantuknya. Fadil yang
duduk di samping Reza sengaja menyenggol lengan Reza agar Reza terbangun. Saat
Reza membuka matanya, Fadil memberikan isyarat agar Reza tidak tertidur dan
mendengarkan khutbah.
Tepat pada pukul
12.15 WIB, sholat jum’at selesai dilaksanakan. Fadli, Fadil dan Reza pulang
bersama. Mereka tampak berbincang-bincang seraya mengambil sandalnya
masing-masing.
“Za, kamu kenapa
tidur tadi?” Tanya Fadil penasaran.
“Yaa ngantuk la
Dil,” jawab Reza tidak bersemangat.
“Terus tadi kamu
ngerti ngga, yang di bacain bapak ustad tadi?” Tanyanya kembali.
Reza menggeleng
kepalanya dan balik bertanya “Memang kamu sendiri paham?”
“Engga, hehehe”
Jawab Fadil cengengesan.
Mereka pun keluar
dari halaman masjid untuk pulang kerumahnya masing-masing. Melewati rumah Andi
yang tidak jauh dari masjid tempat mereka sholat jum’at tadi. Tak sengaja
ketika melewati depan rumah Andi. Reza melihat Andi sedang berbaring di teras
rumahnya. Reza menghampiri Andi yang sedang berbaring di teras rumahnya.
“Assalamu’alaikum
Andi,” salam Reza.
“Wa’alaikumsalam,
eh Reza. Ada apa?” jawab Andi yang menanyakan kedatangannya.
“Kamu tidak
sholat jum’at yaa..” Tegur Reza.
Andi menunduk
seperti oarng yang menyesal. “Tadinya aku mau sholat jum’at. Tapi, tiba-tiba aku pusing. Perutku
juga sakit.” Jelas Andi jujur.
“Kirain aku, kamu
malas” timpal Fadil.
“Huus, Fadil
tidak boleh Dzuudzon.” Ucap Fadli.
“Yasudah Andi,
kita pulang yaa. Cepat sembuh Andi, jum’at depan kita sholat jum’at bareng yaa.
Assalamu’alaikum.” Pamit Fadli seraya mendoakan Andi yang sedang sakit.
“Terimakasih
Fadli, wa’alaikumsalam.”
Sesampainya di
rumah Fadil menceritakan masalah Reza yang sedang tidur saat khatib membacakan
khutbahnya kepada bunda Arsih. Bunda Arsih merespondnya dengan penuh sayang.
“Bunda, kalo
orang tidur dalam keadaan memiliki wudhu. Wudhunya bisa batalkan Bun?” Tanya
Fadil polos.
“Iya sayang,”
Bunda Arsih.
“Tadi pas di
masjid Reza tidur bun, padahal ustad lagi mau ceramah.” Cerita Fadil.
“Apabila
seseorang itu tertidur dalam keadaan duduk bersila dan tidak menyender, asalkan
tidak membuang angin juga. Wudhunya belum tentu batal sayang.” Jawab bunda
Arsih menjelaskan.
“Seperti itu yaa
Bun.”
Bunda Arsih
mengangguk.
Keesokan harinya,
Fadli dan Fadil pergi mengaji di Musholla Al-Amiin. Di sana sudah ada Reza yang
sedang tidur di pojokan musholla, Doni dan Andi yang sedang asyik bermain
tebak-tebakan, serta Teti dan Suji yang asyik bercerita. Hari ini, Fadli dan
Fadil sudah tidak sabar menunggu kedatangan ustad Mamat guru ngajinya untuk
menanyakan tentang sholat jum’at. Tak lama mereka menunggu akhirnya ustad yang
Fadli dan Fadil tunggu-tunggu akhirnya datang juga.
“Assalamu’alaikum
warahmatullohi wabarakaatuh,” salam Ustad Mamat.
“Waalaikumsalam
pak Ustad,” jawab anak-anak serentak.
Melihat Reza yang
masih tertidur pulas, pak ustad Mamat menggeleng kepalanya seraya menghampiri
tempat Reza menikmati tidurnya.
“Kebakarannnnn,”
teriak pak ustad Mamat cukup dekat di telinga Reza.
Alhasil Reza yang
sedari tidur terkejut dan berteriak. “Airrr mana air....”
Teman-temannya
pun akhirnya menertawai tingkah konyol Reza. Reza pun duduk dengan wajah yang
masih bingung. Tidak sadar akan kehadiran ustad Mamat di depannya.
“Cepat ambil
wudhu selepas itu ngaji.” Perintah ustad Mamat.
Dengan malas,
Reza pun beranjak dari tempat duduknya menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu
seperti yang di perintahkan oleh ustad Mamat. Sedanglan yang lain bersiap-siap
mensejajarkan tempat duduk dengan tangan yang sudah memegang iqra’
masing-masing. Sambil menunggu Reza datang, Fadli memutuskan untuk bertanya
kepada ustad Mamat tentang sholat jum’at.
“Pak Ustad, Fadli
boleh tanya ngga?”
“Boleh, mau tanya
apa Fadli? Silahkan bertanya.” Ustad Mamat memepersilahkan.
“Hukum sholat
jum’at itu apa sih pak ustad, bukannya sholat jum’at itu cuma buat orang yang
sudah tua ya pak ustad. Terus kata Bunda kalo lagi jum’atan ngga boleh ngobrol
ntar sholat jum’atnya ngga sah. Benar ngga pak ustad?” Fadli menanyakan semua
apa yang ingin ia tanyakan sekaligus.
Ustad Mamat pun
tersenyum dan berkata “Hukum sholat jum’at itu Fardhu a’in bagi para kaum
laki-laki. Anak kecil boleh tidak melaksanakan sholat jum’at tetapi ketika
mereka sudah menginjak umur 7 tahun, mereka wajib mengikuti sholat jumat dan
masalah seorang makmum yang berbicara di saat khutbah sholat jum’at mereka
telah melakukan hal yang sia-sia dan akan kehilangan pahala di hari yang mulia
itu. Barang siapa yang berkta pada temannya “diamlah” sedangkan imam sedang
berkhutbah. Maka dia sudah berbuat sia-sia dan juga kehilangan pahala di hari
jumat.” Jelas ustad Mamat yang di balas anggukan oleh Fadli dan teman-teman.
Setelah
pertanyaan Fadli terjawab oleh ustad Mamat, mengaji pun di mulai. Mereka
serentak membaca surah Al-Fatihah bersama-sama. Setiap sabtu dan minggu sore
mereka rutin mengaji di musholla tersebut. Musholla pun mulai bergemuruh dengan
suara anak-anak mengaji samapi waktu magrib pun tiba.
Ohhhh
BalasHapus