Si Mawar Merah
Si Mawar Merah
Apa Kabar kamu?
yang dulu, setiap saat menagih kabarku
Apa Kabar Kamu?
yang dulu, selalu khawatir akan keadaanku
Apa Kabar Kamu?
yang dengan seiringnya waktu kau hilang bak ditelan
bumi
Sempat aku berfikir "bodohkah
jika aku bisa mengingat akan dirimu?" Ingat dulu, saat kita tertawa
bersama duduk manis menikmati suasana dingin langit yang berawan. Dikala itu
kau sempat berkata "Adakah aku di hatimu?" seketika aku terdiam tak
mengerti apa maksudmu. Cukup lama aku mencerna perkataanmu dan saat itu pula
kau tertawa bagai manusia tak menanggung dosa dan berbisik "jangan
canggung aku bercanda, tapi kau selalu ada disini" ucapmu seraya memegang
dada bidangmu. Sedangkan aku, tetap terdiam membisu dan sempat tersenyum. Saat
itu juga pipi mungilku tampak memerah.
Kau ingat, terakhir saat
hari perpisahan itu akan tiba. Kau mengundang semua teman-teman untuk
berkumpul. Ditengah ramainya semua teman-teman berkumpul, saat itu kau sempat
bersandiwara. Perkataanmu sempat melukai hati, aku tak paham akan maksudmu yang
tiba-tiba seenaknya berkata sehingga aku sempat menenggelamkan wajahku untuk
menahan rasa sesak di dada.
“Hei kalian semua, lihat
wanita ini. Wajah polosnya adalah penipu, haha.” Teriakmu sambil menunjukkan
jari telunjuk tepak dihadapanku.
“Dia adalah gadis cantik.
Tapi, penipu” ucapmu sekali lagi
Aku tetap tak paham dengan
maksudmu. Perlahan kau sentuh kedua bahuku yang mana sempat aku ingin meluapkan
isi hatiku atas ketidak jelasan yang kamu maksud. Tapi hal itu terungkap sebab suasana
tampak berubah saat aku mengangkat wajahku. Kau yang masih setia merengkuh
kedua bahuku seraya tersenyum seakan-akan hal yang barusan hanyalah mimpi.
Sungguh ku tak percaya sejak kapan kau merencanakan hal itu. Semua teman-teman
memegang sebuah bunga mawar merah yang sangat anggun dan salah satu teman
karibmu menghampiri perlahan dengan membawa sebuah benda yang sudah lama
kudambakan. Semakin lama, aku semakin tak paham. Polos, iya kata itu yang
terlontar dari salah satu sahabatku.
“Sebenarnya ini ada apa?”
tanyaku sesenggukan
“Aku mencintaimu, maukah
kamu menjadi pacarku?” ucapmu mengungkapkan isi hatimu.
Aku terlalu polos untuk
memahami semua itu. Aku kira aku telah berbuat salah yang amat besar padamu
sehingga sebegitu marahnya dirimu akan diriku. Aku tertipu akan perkataanmu.
Tapi semua rencanamu telah berhasil membuatku jatuh. Jatuh cinta padamu.
“Terima...
terima...terima..” Teriak semua siswa yang ikut serta dalam sandiwaramu
Tapi, Apa Kabar Kamu? Kamu
yang dulu selalu membuatku berangan tak karuan, membuatku tersenyum sendiri
bagai manusia yang tak waras tiap kali mendapatkan kabarmu dan namamu yang
selalu buatku tenang. Tapi kini kau yang hilang bak ditelan bumi. Hangus tak
ada kabar. Apakah kau sudah bosan dengan ku? Ternyata kau tak jauh indah dengan
bunga mawar merah yang pernah kamu abadikan dalam momen itu dan juga kini kau
tak kalah menyakitkan dibandingkan duri bunga mawar merah itu.
Rupanya kamu tak hanya
pandai membuat nyaman. Namun, kamu juga pandai memuat luka. Aku pikir kamu adalah
laki-laki yang berbeda. Perbuatanmu dulu seolah-olah kamu memanglah pahlawan
bagiku dan nyatanya tidak. Kamu adalah si mawar merah yang berani memberi
sejuta luka melalui duri disetiap batangnya. Iya, mawar merah bagiku bukanlah
sebuah lambang cinta sejati. Tetapi sebuah keberanian dalam memberi luka
disetiap cintanya.
Tanah Merah, 28 April 2020
Bagus bagus bagus banget
BalasHapus