Selama 5 Tahun di Tanganmu, Selamat Sejahtera

 

Selama 5 Tahun di Tanganmu, Selamat Sejahtera

Akan tiba saatnya dimana hari yang biasa disebut Pesta Demokrasi, pesta yang diselenggarakan dalam lima tahun sekali. Kesempatan untuk seluruh warga Indonesia menuangkan pendapatnya untuk memilih kandidat yang telah mencalonkan diri, yang pantas untuk memimpin negaranya. Bertanggung jawab sesuai dengan apa yang telah disampaikan merupakan salah satu harapan warga Indonesia dalam meyakinkan bahwa pemimpinnya memang pantas untuk dipilih.

“Cha, menurut lu pemimpin yang baik itu seperti apasih?” Tanya Aurel.

“Emmm, menurut gue sih. Pemimpin yang baik itu...” Jawab Ocha yang masih berpikir.

“Itu apa Cha?” Tanya Aurel kembali.

“Apa yaa? Yang bisa memberantas korupsi kali,” ucap Ocha kurang yakin.

“Kalo menurut gue sih, pemimpin yang baik itu yang bisa bertanggung jawab dengan apa yang sudah mereka sampaikan untuk meyakinkan warganya bahwa ia pantas dipilih.” Ujar Aurel berpendapat.

“Maksudnya yang kek apa itu?” Tanya Ocha kurang paham apa yang dimaksud Aurel.

“Ah, elu Cha. Otak kurang politik. Gini cha, kan banyak tu Visi Misi para calon kandidat yang mapan-mapan tapi sayang apa yang mereka sampaikan tidak semuanya teratasi dengan baik. Paham ngga?” Jelas Aurel yang dibalas anggukan oleh Ocha.

Disela-sela perbincangan antara Ocha dan Aurel, tiba-tiba Liano datang menghampiri mereka berdua dan ikut membahas tentang pemimpin yang mereka harapkan.

“Hei,” tepuk Liano pada bahu Ocha dan Aurel.

“Eh gila, ngagetin lu. Minta ditamplok ini anak kali ya. Untung gue kaga punya jantungan,” sergah Ocha yang kelewat sebal akibat ulah Liano.

“Yeeeah, gitu saja kaget. Alay lu.” Timpal Liano.

“Kalian itu kebiasaan kalo lagi ketemu bawaannya tengkar mulu ya, sampe bosen gua liatinnya.” Sahut Aurel.

“Eh, kalian tahu kan dua belas hari lagi pemilu. Kalian mau coblos siapa?” Tanya Liano pada Ocha dan Aurel.

“Baru juga, kita bahas itu.” Seloroh Ocha.

“Eh, Btw pemimpin yang baik menurut lu apa No.?” Kini Aurel bretanya pada Liano.

“Simpel sih, menurut gue pemimpin yang baik itu ngga banyak omong tapi banyak bertindak. Gita saja,” ucap Liano to the point.

            Tak lama Dosen PPKn muncul dari arah terbitnya sang raja siang. Saat itu juga seluruh mahasiswa  mulai bergemuruh memasuki ruangan memilah tempat duduk yang aman, damai dan tentram untuk kenikmatan penjelasan yang  akan dibawakan oleh sang dosen. Iya, tak jarang mahasiswa yang memilih tempat duduk bagian belakang yang akan disalah gunakan. Mereka lebih senang duduk dibagian belakang pada saat mata kuliah PPKn hanya untuk merajut mimpinya seraya mendengarkan penjelasan sang dosen bak dongen putri salju. Tidak sulit untuk ditebak, jika bangku bagian belakang akan terpenuhi oleh beragam jenis pangeran.

            “Hari ini saya ingin yang cowok duduk di bangku bagian depan,” Pinta sang Dosen.

            Semua mahasiswa mendesih, tidak terima dengan perintah sang dosen.

            “Yaelah Pak, kita ini mahasiswa. Masa  tempat duduk masih diatur-atur.” Sergah Yoga dengan wajah malasnya.

            “Saya tidak mau lagi jika kalian di Mata Kuliah saya duduk di bagian belakang yang kerjaannya hanya tidur saja. Tidur jemaah lagi.” Ucap sang dosen.

            “Namanya juga ngantuk Pak,” jawab Yoga yang masih berani.

            “Sudah-sudah ini anak jawab mulu dari tadi, ayo kalian yang merasa laki maju kedepan. Kalian itu calon pemimpin, entah keluarga maupun negara. Jika kalian bermalas-malasan seperti ini mau jadi apa kalian 5 tahun kedepan?” Omel Pak Sucipto.

Tak lama proses belajar pun berlangsung, pak Sucipto menjelaskan mengenai Geopolitik Indonesia. Dimana Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik suatu negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung kepada sistem politik suatu negara.

“Pak, kenapa sih politik itu kejam? Masak iya uang negara digunakan untuk kepentingan pribadi. Kenapa ngga dibagi-bagi ke anak yatim piatu saja sih? Itung-itunglah sedekah. Yaa meski bukan uang sendiri.”  Ujar Vino teringat akan para politikus.

“Politik adalah uang.” Celetuk Yoga.

“Oiya, ngomong-ngomong Bapak tahun ini bakal coblos nomor berapa? Lalu menurut Bapak pemimpin yang baik itu seperti apa?”  Sanggah Aurel dengan dua pertanyaan.

“Pemimpin yang baik itu, pemimpin dimana mereka bisa membawa perubahan yang lebih baik dan bertanggung jawab atas apa yang sudah terjadi dalam permasalan yang ada sesuai dengan apa yang pernah mereka sampaikan. Untuk masalah pemilihan bukankah sudah ada peraturan LUBER JURDIL.” Jelas Pak Sucipto.

Lima tahun masa jabatan pemerintah, lima tahun pula kesejahteraan masyarakat berada ditangannya. Semakin terbuka adanya bukti perubahan semakin sejahtera hidup masyarakat. Masyarakat tidak membutuhkan banyak argument melainkan tindakan agar masalah kesejahteraan terpenuhi dan terbukti adanya.

           

Komentar

Postingan Populer