Kamu yang Aku sebut Senja
Kamu yang Aku sebut Senja
Iya,
dulu apapun kau lakukan demi memperjuangkan agar kau bisa mendapatkan
perhatianku bahkan berusaha untuk meluluhkan hatiku. Tapi kini, setelah kau
berhasil meluluhkan hatiku kau menghilang tanpa menyisakan jejak. Tanpa kau
sadar, aku adalah salah satu wanita yang sulit akan membuka hati untuk perihal
cinta. Entah kenapa, saat kau datang dengan beribu perjuanganmu, aku
memberanikan diri untuk membuka hati. Ku pikir bersamamu, aku tak akan
merasakan duka yang sering kali ku baca bahkan yang ku dengar dari berbagai
cerita perihal dua hati yang saling menyayangi. Mengenalmu bukanlah niatku.
Tapi ketika tanpa sengaja kita saling mengenal, memilikimu adalah salah satu
keinginanku. Tiba disuatu hari kamu menghubungiku melalu via telfon. Ada rasa
yang hadir tanpa diundang namun cukup nyaman untuk dinikmati. Iya, ada rasa
bahagia yang sedang aku nikmati kala itu.
“Selamat pagi?” Sapamu diseberang sana,
“Iya, ada apa?” Jawabku.
“Ngga ada sih, hehe. Oh iya, lagi apa ?” tanyamu
berusaha mencari topik pembahasan.
“Baru selesai bantu mama masak.” Jawabku jujur.
“Wah, calon istri idaman nih,”
“Gombal.”
“Eh, ngomong-ngomong hari ini lu sibuk ngga?”
“Ngga, kenapa?”
“Boleh minta tolong temenin gue, cari buku fisika yang
disuruh bu Erwin kemarin. Mau pinjem kakak kelas sudah pada dipinjem. Jadi,
jalan satu-satunya mau ngga mau kan gue harus beli.” Tuturnya.
“Eh iya, aku juga belum ada,” ucapku teringat.
“Nah, kebetulan kalo begitu, kita cari bareng saja.
Bagaimana?” Tawarnya.
“Boleh”
“Yasudah, kirim alamat lu jam 9 gue jemput. Bye” tanpa
aku iyakan kamu seenaknya memutuskan sambungan seluler itu.
Memang,
aku memang terlalu bodoh dan penakut perihal asmara. Tapi, bukan berarti aku
tidak bisa merasakan apa yang dirasakan para remaja pada umumnya. Aku juga
memiliki hati yang ingin dicintai karena mencintai. Bukan mencintai tanpa
dicintai. Dari awal mengenalmu aku tak pernah ragu. Disaat dekat denganmu aku
mulai nyaman. Tapi, disaat kau mencoba melabuhkan hati untukku aku merasa
sangat bahagia namun berakhir ragu. Ku pikir kau akan menetap untuk selamanya.
Nyatanya, kau datang untuk singgah disementara waktu. Dari situlah aku merasa
kamu dan senja tak ada bedanya. Indah untuk sementara waktu, datang tanpa
diminta dan pergi tanpa pamit.
Aku,
tidak akan pernah menyalahkanmu. Aku sadar, andai aku tak terlalu mempercayai
segala rayuanmu aku tak akan merasakan sakit yang selalu merajalela. Bagaimana
aku bisa menyalahkanmu, aku bahkan pernah merasakan bahagia saat bersamamu
meski hal itu hanya sementara. Sepertinya hal ini tak perlu diungkit, cukup
dirasakan dihari-hari yang lalu dan aku jadikan pelajaran untuk hari yang akan
datang.
Yang
lalu biarlah berlalu, setiap manusia memiliki porsi kebahagian yang sama namun
diwaktu yang berbeda. Seperti aku dan kamu, seharusnya kita bahagia bersama
tapi waktu yang belum tepat untuk bahagia yang harus kita rasakan. Karena
nyatanya kita memiliki waktu bahagia yang berbeda. Mungkin kau disana saat ini sudah
bahagia bersamanya. Sedangkan aku masih menikmati sakit yang kian merajalela.
Salah,
jika aku harus menjadi perasa disetiap luka. Wanita memang begitu,
sedikit-sedikit dikaitkan dengan perasaan. Tanpa berpikir ada bahagia yang
perlu diperjuangkan. Terimakasih sudah memberitahuku bahwa kamu yang aku sebut senja, kamu dan senja tak
ada bedanya.
Bangkalan , 26
April 2020
Imayatus
Soleha, biasa dipanggil Imaya. Lahir 16 Oktober di kota Bangkalan, Madura. Saat
ini sedang menempuh pendidikan Sarjana Pertanian di Universitas Trunojoyo
Madura. Yang memiliki hobi membaca wattpad bukan jurnal, hehe. Jejak bisa
ditemukan di akun instagram @imayats dan akun wattpad @ImayaTs. Notes:
“Belajarlah dari hal yang sederhana untuk mewujudkan keistimewaan.”
Komentar
Posting Komentar